Hikmah
dan
Nilai-nilai Pendidikan
dalam
Ayat-ayat Muhkam
dan
Mutasyabih
Ada pepatah yang mengatakan, khudil hikmata min ayyi wi’ain kharajat, ambillah hikmah dari manapun keluar. Begitu pun dalam masalah muhkam dan mutasyabih.
Muhammad Chirzin menyimpulkan setidaknya ada tiga hikmah yang dapat kita ambil dari persoalan muhkam dan mutasyabih tersebut, hikmah-hikmah itu adalah:
a. Andaiakata seluruh
ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, niscaya akan sirnalah ujian keimanan dan
amal lantaran pengertian ayat yang jelas.
b. Seandainya seluruh
ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan lenyaplah kedudukannya
sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin
bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah
pasti haq dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
[لاَ يَأْتِيْهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ
يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيْلٌ مِنْ حَكَيْمٍ حَمِيْدٍ]
” Tidak akan datang kepadanya (Al-Qur’an)
kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang, yang diturunkan dari Tuhan
yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
(Q.S. Fushilat : 42)
c. Al-Qur’an yang berisi
ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat, menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus
menerus menggali berbagai kandungannya sehingga mereka akan terhindar dari
taklid, bersedia membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil merenung dan berpikir.
[1]
Menurut Yusuf Qardhawi, adanya
muhkam dan mutasyabih sebenarnya merupakan ke-mahabijaksanaan-Nya Allah,
bahwa Al-Qur’an ditujukan kepada semua kalangan, karena bagi orang yang
mengetahui berbagai tabiat manusia, di antara mereka ada yang senang terhadap
bentuk lahiriyah dan telah merasa cukup dengan bentuk literal
suatu nash. Ada yang memberikan perhatian kepada spiritualitas suatu nash,
dan tidak merasa cukup dengan bentuk lahiriyahnya saja, sehingga ada
orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan pentakwilan,
ada manusia intelek dan manusia spiritual.[2]
Kalau hikmah ini kita kaitkan
dengan dunia pendidikan, setidaknya Allah telah mengajarkan ”ajaran” muhkam dan mutasyabih kepada manusia agar kita mengakui adanya
perbedaan karakter pada setiap individu, sehingga kita harus menghargainya.
Kalau kita sebagai guru, sudah sepatutnya meneladani-Nya untuk kita aplikasikan
dalam menyampaikan pelajaran yang dapat diterima oleh peserta didik yang berbeda-beda
dalam kecerdasan dan karakter.
PENUTUP
Ayat-ayat muhkam dan mutasyabih adalah dua hal yang saling melengkapi
dalam Al-Qur’an. Muhkam sebagai ayat yang tersurat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an berfungsi
sebagai bayan (penjelas) dan hudan (petunjuk). Mutasyabih sebagai ayat yang tersirat merupakan
bukti bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar[3] sepanjang sejarah manusia
yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti.
KEPUSTAKAAN
Ash-Shalih,
Subhi. 1995. Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Terjemah: Team Pustaka
Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Anwar, Dr.Rosihan. Ulumul Quran.Bandung: Pustaka Setia. 2006
As-Suyuthi. Apa itu Al-Qur’an. Jakarta
: Gema Insani Press, 1995
Baljon, J.M.S. 1991. Tafsir
Al-Qur’an Muslim Modern. Terjemah: Ni’amullah Muiz. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Baidan,
Nasaruddin. Wawasan Baru ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2006
Chirzin,
Muhammad. 2003. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Prima Yasa.
Dahlan,
Zaini, dkk.1991. Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.
Faridl, Miftah,Agus Syihabudin. Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama. Bandung : Pustaka, 1989
Machasin.
Al-Qadi Abd al-Jabbar. Mutasyabih al-Qur’an
dan Dalih Rasionalitas. Yogyakarta : LkiS, 2000
Manna’
al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, Resalah
Publishers, Beirut,
Libanon
________________.
Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terjemahan. Bogor
: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004
Panggabean,
Samsurizal. 1989. Makna Muh}kam dan
Mutasya>bih dalam
Al-Qur’an. Makalah
disampaikan dalam diskusi al-Jami’ah IAIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Qardhawi,
Yusuf. 1997. Al-Qur’an dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Umat Islam. Jakarta:
Rabbani Press.
Syadali,
Ahmad dan Rofi’i, Ahmad. 2000.
Ulumul Qur’an I. Bandung: CV. Pustaka Setia
Setiawan,
M. Nur Kholis. 2005. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, Yogyakarta: elSAQ.
Al-Itqan
fi ’Ulumil Qur’an, al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, Dar Ibnu Katsir
Damaskus Beirut.
Manahilul
’Irfan fi ’Ulumil Qur’an, al-Syaikh Muhammad ’Abdul ’Adzim al-Zarqani, Darul
Kitab al-Arabi, Beirut Libanon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar